LITERATURE REVIEW 20 JURNAL

Jurnal 1

Penulis Jurnal : Wicak Prawiro
Judul Jurnal : REPRESENTASI DUKA DALAM FILM DRIVE MY CAR (SEMIOTIKA JOHN FISKE)
Halaman : 53 halaman
Sumber : https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/home/catalog/id/203659/slug/representasi-duka-dalam-film-drive-my-car-semiotika-john-fiske-.html


Teori

Film terbentuk ketika ada cerita yang ingin disampaikan kepada penonton. Pesan dalam film disampaikan lewat gambar bergerak, warna, dan suara. Film merupakan penyajian gambar lewat layar lebar atau salah satu media massa yang berbentuk audio visual yang bersifat sangat kompleks. Film menjadi wacana sosial dengan karakteristik unik yang menyebar ke berbagai tempat, dan bisa mempengaruhi cara berpikir serta persepsi nilai-nilai di mana informasi itu disampaikan. Pada umumnya, film juga mengangkat tema atau fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. 


Metode

Metode penelitian ini adalah kualitatif. Metode penelitian kualitatif yaitu penelitian

dengan melaksanakan pemahaman pada fenomena di masyarakat. Data yang ada lalu

dideskripsikan (Moleong 2007). Sugiyono menyatakan bahwa salah satu dari

karakteristik penelitian kualitatif adalah bersifat deskriptif yaitu mendeskripsikan

secara sistematik terkait dengan fenomena yang terjadi dalam objek yang diteliti

(Sugiyono 2019).


Hasil

Pada jurnal ini membahas 5 tahapan duka dalam film Drive My Car, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis semiotika dari John Fiske dengan melakukan kajian analisis mengenai realitas, representasi dan ideologi dalam representasi duka dalam film Drive My Car. Lima tahapan duka yang dimaksud dalam jurnal ini adalah penolakan, amarah, tawar menawar,

depresi dan penerimaan, itu adalah langkah untuk mempelajari hidup dari orang yang

telah pergi. Lima tahapan ini dapat membantu orang-orang yang belum tentu dapat

bernavigasi atau kehilangan arah saat menghadapi duka yang ia rasakan.


Jurnal 2

Penulis Jurnal : Tom Rosbrow

Judul Jurnal : Drive My Car: A Short Story, a Movie, and Two narratives of Trauma

Halaman : 9 halaman

Sumber: https://www.academia.edu/102977911/Film_Review_Essay_Drive_My_Car_A_Short_Story_a_Movie_and_Two_narratives_of_Trauma


Teori

Dalam mendramatisasi trauma, yang seringkali tidak dapat diungkapkan dan di luar kata-kata biasa, sastra dan film menawarkan wawasan dan resonansi segar terhadap psikologi manusia dan jalur untuk menghadapi dan memahami pengalaman traumatis. Secara kognitif, kita menemukan berbagai makna dan ekspresi rasa sakit dan kehilangan. Secara emosional, seni menyediakan bentuk dan substansi yang dibutuhkan yang menghasilkan kerja katarsis melalui peristiwa-peristiwa ini melalui momen-momen pengakuan.


Metode

Metode yang digunakan dalam penjelasan film "Drive My Car" di atas adalah pendekatan penelitian deskriptif. Pendekatan ini terlihat dari bagaimana jurnal ini menganalisis karakter-karakter dalam cerita dan film tersebut dengan fokus pada pengalaman trauma mereka dan cara mereka memproses dan mengatasi rasa sakit serta kehilangan.


Hasil

Dapat dikatakan bahwa dimana Kafuku awalnya marah dan khawatir akan dikendarai oleh orang lain, pada akhirnya dia bangga dan senang mengemudi, baik bersama istrinya. dan sendirian setelah kematiannya. Dia terbiasa mempelajari dialognya dengan mendengarkan kaset Paman Vanya Ketika mengemudi. Rasa sakitnya diwujudkan melalui penghinaannya terhadap aktor-aktornya, Seiring waktu, dia merasa nyaman dengan cara mengemudi Misaki. Dan pada akhirnya mengarah pada akhir yang dramatis yang melibatkan kesaksiannya dengan Misaki di lokasi traumanya. Misaki berbagi cerita bagaimana tersiksa tentang rasa bersalah dan tanggung jawab berlebihan atas kehilangan orang yang mereka cintai yaitu ibunya. Di sini Misaki adalah memendam kesedihan yang sama, mencocokkan dan mencerminkan perjuangan Kafuku.


Pada akhirnya mereka berbagi kehidupan dan pemahaman bersama dengan cara yang menyembuhkan, mendorong terobosan dan perubahan kesadaran diri secara halus, dengan curahan yang menyentuh dalam film tersebut. Menceritakan kisah-kisah kehidupan mereka di hadapan pendengar yang penuh perhatian, yang merefleksikan dan menambah apa yang diceritakan. Kita dapat menerima, berempati, dan mengidentifikasi kedua karakter serta mengungkap pertumbuhan bersama dan pembebasan mereka dari kesedihan yang mendalam. 


Jurnal 3

Penulis Jurnal : Jacob Clay

Judul Jurnal : SIGNING THE UNSPEAKABLE: ON TRAUMA, RECOVERY, AND 

DRIVE MY CAR

Halaman : 7 halaman

Sumber : https://journals.library.columbia.edu/index.php/TMR/article/view/9809


Teori

Orang yang mengalami trauma terdiam karena berbagai alasan: beberapa tidak bisa berkata kata saat mengingat kembali dan menjadi frustasi ketika mereka mengetahui bahwa ucapan mereka selalu tidak teratur” sama halnya dengan beberapa karakter dalam film Drive My Car ini yang memiliki beberapa kejadian. Seperti Kafuku tokoh utama pada film ini, Kehilangan istrinya secara mendadak dan kejadian itu tidak lama setelah Kafuku mengetahui bahwa Istrinya berselingkuh dengan Koji Takatsuki, bintang pada salah satu film yang Kafuku kerjakan. semenjak kejadian itu Kafuku mendapati dirinya tidak bisa berkata-kata dan tidak dapat melanjutkan pertunjukan.


Metode

Metode kajian yang digunakan dalam penjelasan tersebut adalah kombinasi dari analisis deskripsi kualitatif. Jurnal ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang karakter, alur cerita, dan tema utama dalam film Drive My Car. Penekanan pada bagaimana trauma mempengaruhi komunikasi dan bagaimana seni berperan dalam pemulihan adalah inti dari analisis ini.


Hasil

Pada film Drive my Car terdapat tokoh tuna wicara yaitu Yoon-a salah satu bintang pada pentas teater Paman Vanya, mantan penari yang tunawicara dan beralih ke dunia akting setelah mengalami trauma akibat keguguran. Karena ia tunawicara tidak ada ruang baginya untuk membicarakan hal trauma yang ia alami saat itu. dia biasanya membutuhkan seseorang untuk menerjemahkan dan berbicara mewakilinya. Suatu ketika, suaminya Gong Yoon-soo yang bekerja bersama Kafuku mengundang Kafuku dan Misaki untuk makan malam bersama, saat itu akhirnya Yoon-a menceritakan kisahnya dibantu oleh Gong Yoon-soo dia mengaku bahwa dia beralih ke akting karena tubuhnya “menolak untuk menari.” Akhirnya, dia merasa tenang dan dia dengan gembira berbagi cerita bahwa akting membawa kembali kehidupannya.


Konklusinya Kafuku dan Misaki juga berbagi cerita mereka, dan hingga kedua karakter akhirnya tabah tersebut akhirnya menunjukkan emosi mereka, Kafuku mendengarkan suara istrinya yang sudah meninggal mengulangi kalimat yang sama di mobil yang sama di jalan yang sama setiap hari. Misaki, mencari cara untuk melarikan diri dari kenyataan dan puing-puing kiasan kehidupan pribadinya, melarikan diri ke Hiroshima, dari semua tempat. Semakin mereka mencoba untuk meninggalkan masa lalu, masa lalu semakin mendefinisikan mereka. Namun, dari semua itu akhirnya mereka dapat saling “menyembuhkan” satu sama lain.


Jurnal 4

Penulis Jurnal : Muhammad Iqbal Nurcahyo Reynaldi

Judul Jurnal : SEMIOTIC OF SIGN AND PLOT IN THE ETERNAL SUNSHINE OF THE SPOTLESS MIND

Halaman : 10 halaman

Sumber : https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/litera-kultura/article/view/48464


Teori


Metode

Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif oleh Barthes. Jurnal ini menggunakan banyak proses untuk menganalisis data setelah mengumpulkannya. Pendekatan semiotik dianggap sebagai salah satu pendekatan penting yang akan digunakan sebagai pendekatan yang digunakan untuk rambut Clementine berdasarkan sudut pandang Joel. Dengan pendekatan ini, analisis metode semiotik yang digunakan oleh Roland Barthes akan dijelaskan juga untuk menghindari kesalahpahaman, analisis akan dibatasi pada sudut pandang karakter Joel.


Hasil

Dijelaskan bagaimana warna rambut clementine, dan tanda-tanda warna rambut Clementine, dapat mewakili status hubungannya dengan Joel.  

  • Makna denotatif utama pada rambut hijau clementine adalah revolusi hijau (peningkatan pertumbuhan bidang pembangunan), kemudian makna konotatif rambut hijau tumbuh di musim semi yang menunjukkan kesegaran tumbuh semakin dewasa.
  • Rambut merah yang dimiliki Clementine melambangkan musim panas yang hangat. Makna denotatif utama rambut merah adalah bahaya atau ancaman, kemudian makna konotatif rambut merah hangat seperti musim panas yang menunjukkan cinta yang penuh gairah dan hangat di awal hubungan Joel dan Clementine.
  • Rambut oranye yang dimiliki Clementine melambangkan musim gugur atau gugur. Arti denotatif utama rambut adalah agen oranye (herbisida yang digunakan dalam perang), dan kemudian makna konotatif rambut oranye adalah musim gugur yang menunjukkan awal musim gugur atau memudarnya hubungan Joel dan Clementine.
  • Rambut biru yang dimiliki Clementine dapat melambangkan dingin atau musim dingin. Arti denotatif utama rambut biru adalah kesulitan, kemalangan, dan penderitaan, dan kemudian makna konotatif rambut biru adalah dingin seperti musim dingin yang menunjukkan n kesedihan karena perpisahan dalam hubungan.

Jurnal 5

Penulis Jurnal : Nabila Ardhia

Judul Jurnal : ANALISIS FILM ETERNAL SUNSHINE OF THE SPOTLESS MIND, DASAR DASAR PSIKOLOGI

Halaman : 6 halaman

Sumber : https://prezi.com/p/xxjmbowqlms0/eternal-sunshine/


Teori

Menurut teori Freud membagi kepribadian atas tiga struktur yakni Id, Ego, dan Super-ego. Super-Ego adalah sensor masyarakat dan keluarga untuk melawan gejolak hasrat dari Id. Menurut Freud, hasil ketegangan antara Id dan Super-Ego adalah kesadaran kita atau Ego kita. Freud meyakini bahwa dorongan-dorongan Id tidak pernah hilang seluruhnya.


Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini fokus pada analisis data berupa kata dalam film Eternal Sunshine of The Spotless Mind, yang berarti data dikumpulkan dari sumber-sumber tertulis. 


Hasil

Joel memiliki keinginan dimana awalnya Joel bahagia dengan penghapusan memori tentang Clementine, namun saat proses penghapusan memori mulai berjalan, Joel sadar bahwa ia masih mencintai Clementine dan bahagia Bersama Clementine. Sehingga Joel tidak dapat menghapus ingatan tentang kekasihnya tersebut.  Ego pada bagian ini Joel berusaha menyembunyikan Clementine dari pemetaan memori yang akan dihapus, dengan cara menyembunyikan Clementine dalam memori yang tidak bersangkutan dengan cerita mereka, seperti memori masa kecil Joel. Serta berusaha mengeluarkan Clementine dari titik map otak Joel. 


Jurnal 6

Penulis Jurnal : Rahmi Salsabila

Judul Jurnal : ANALISIS KONSEP DIRI DALAM FILM I’M THINKING OF ENDING THINGS

Halaman : 51 halaman

Sumber : http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/23923/


Teori

Secara harfiah, film atau cinematographie berasal dari kata cinema dan tho atau phytos, film adalah melukis gerak dengan cahaya. Selain itu, film juga sering disebut sebagai gambar bergerak atau movie. Sinematografi merupakan hal yang menjadi landasan utama dalam produksi sebuah film karna membahas mengenai unsur-unsur pembangun film.

Film juga dapat menjadi media representasi dan refleksi dari kenyataan. Masyarakat

sebagai realitas sosial menjadi objek dan ide sebuah film yang kemudian diproyeksikan ke layar dan ditonton kembali oleh masyarakat pula. Selain itu film juga banyak memuat unsur-unsur lain dan pesan ideologis yang bertujuan untuk mempengaruhi pola pikir penontonnya. 


Metode

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data visual dari adegan-adegan yang terdapat dalam film tersebut. Peneliti menganalisis objek penelitian dengan model semiotika oleh Charles Sanders Pierce menggunakan ide dasar “segitiga makna”, terdiri atas tanda, objek dan interpretan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep diri Jake direpresentasikan dalam film I’m Thinking of Ending Things dilandasi dari tiga aspek, yaitu aspek citra diri (self image), harga diri (self esteem/worth), dan diri ideal (ideal self) yang menjadi tolak ukur diri Jake dari delusi yang dialaminya sebagai kegagalannya mencapai diri ideal.


Hasil

Dalam film I’m Thinking of Ending Things, konsep diri dari aspek psikis berkaitan dengan pergolakan batin Jake tentang real self dan ideal self-nya.  Dalam perkembangannya, konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Konsep diri positif adalah saat individu menerima dirinya dan mengenal dirinya dengan baik sekali sehingga timbul sikap optimis, sedangkan individu yang memiliki konsep diri negatif meyakini dan memandang bahwa dirinya gagal, tidak disukai, lemah, dan membuatnya kehilangan semangat terhadap hidup. Kondisi yang dialami Jake berhubungan dengan Teori Looking-Glass Self, yang dikemukakan oleh Charles Horton Cooley. Ideal Self yang ia ciptakan dalam kepalanya bukan lagi sesuatu yang dapat ia capai dikarenakan waktu yang telah berlalu. Hal itulah yang membawa Jake enggan berdamai dengan real self-nya, dan terjebak dengan imajinasi yang membawanya menuju pergolakan batin tentang mengakhiri hidupnya. 


Jurnal 6

Penulis Jurnal : Marisa Rianti Sutanto

Judul Jurnal : Pengembangan Karakter Ikari Shinji Dalam Anime Neon Genesis Evangelion

Halaman : 16 halaman

Sumber : https://ojs.unud.ac.id/index.php/sakura/article/download/73746/41160


Teori

Menurut Weiland (2016), pengembangan karakter adalah perjalanan seorang tokoh dalam suatu alur cerita. Perjalanan tokoh dalam cerita bermula dari titik awal dari sang tokoh, pelajaran-pelajaran yang sang tokoh dapatkan sepanjang cerita berlangsung dan titik akhir yang dicapainya pada akhir cerita. Dengan mengamati perjalanan tokoh tersebut, penonton tidak hanya dapat menyaksikan dan merasakan apa saja yang dialami oleh sang tokoh namun juga berkembang dan belajar bersama sang tokoh.


Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Shinji pada awal cerita memiliki ‘kebohongan’ yang ia percayai, yaitu melarikan diri dari masalah. Namun, ia memiliki potensi untuk mengalahkan ‘kebohongan’ tersebut. Sepanjang cerita ia merasakan konsekuensi dari ‘kebohongannya’, ia juga menemukan kebenaran dan apa yang sebenarnya ia butuhkan.

Perlunya dilakukan hal ini adalah untuk menemukan alasan dan tujuan atas aksi yang dilakukan oleh Shinji, serta untuk menemukan dampak dari pengalaman Shinji terhadap pengembangan karakternya.


Hasil

Shinji pada awal cerita adalah seorang remaja yang seringkali melarikan diri dari masalah yang ada dan memandang rendah dirinya sendiri, dan pada akhir cerita ia belajar untuk menghadapi masalah dan menerima dirinya sendiri. Pada penghujung cerita Shinji telah meninggalkan masa lalunya, yaitu saat ia terus berlari dari berbagai masalah yang seharusnya ia hadapi. Hingga pada akhir cerita, Shinji dapat membuktikan bahwa ia telah menjadi pribadi yang lebih baik dengan benar-benar meninggalkan ‘kebohongannya’, ia berhasil memenuhi kebutuhannya dan melakukan hal yang benar.


Jurnal 7

Penulis Jurnal : Arief Wicaksono, Drs. Buddy Riyanto, M.Si Andri Astuti Itasari, .Sos,.M.I.Kom

Judul Jurnal : MAKNA ADEGAN KEKERASAN PADA ANIME VINLAND SAGA SEASON 1 

Halaman : 11 halaman

Sumber : https://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/sldrts/article/view/9755


Teori

Kata animasi berasal dari kata dasar “to animate”, yang berarti memberi energi. Animasi  adalah suatu kegiatannya melakukan atau menggerakkan benda mati dengan memberi dukungan, kualitas, gambarnya sehingga tampak hidup.


Metode

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, artinya makna dari data yang dikumpulkan ditentukan dengan mengamati dan mendokumentasikan sebanyak mungkin aspek dari situasi yang diteliti pada saat itu untuk mendapatkan gambaran besarnya. 


Hasil

Setelah melakukan penelitian menggunakan analisis semiotika model Roland Barthes    pada makna adegan kekerasan pada anime Vinland Saga Season 1, memperlihatkan   adegan kekerasan pada anime tersebut, berupa kekerasan fisik atau non verbal didalam peperangan, kekerasan fisik atau non verbal diluar peperangan, kekerasan lisan atau        verbal didalam peperangan, kekerasan lisan atau verbal diluar peperangan dan kekerasan  verbal dan lisan dalam peperangan.


Jurnal 9

Penulis Jurnal : Muhammad Rauf Abdul Fattah

Judul Jurnal : Analisis Semiologi Pesan Moral dan Persahabatan dalam Film “Shawshank Redemption”

Halaman : 8 halaman

Sumber : https://proceedings.unisba.ac.id/index.php/BCSCM/article/view/8425


Teori 

Film memainkan peran penting dalam menyampaikan pesan kepada penontonnya. Ini memiliki efek positif atau negatif. Setiap orang menonton film dengan caranya masing-masing, ada yang hanya ingin bersenang-senang, dan ada yang ingin mengkritik film tersebut atau ingin menjadikan film tersebut sebagai tahap penelitian analitis.  Film bukan hanya sesuatu yang bisa kita pelajari melalui pesan, tetapi juga film yang memiliki makna dan bentuk gambar di dalamnya.


Metode

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif

dengan menggunakan metode penelitian analitik semiotika Roland Barthes. Pengumpulan data dengan cara observasi atau pengamatan dekat terhadap topik penelitian, serta membaca literatur (buku, artikel, jurnal, internet, disertasi, dll). Hasil penelitian ini diperoleh dengan menganalisis pesan moral menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. The Shawshank Redemption ditulis dan disutradarai oleh Frank Darabont , film ini bercerita tentang Andy Dufresne, seorang bankir yang menghabiskan hampir dua puluh tahun di Penjara Negara Bagian Shawshank karena membunuh istri dan kekasihnya, meskipun dia mengklaim bahwa dia tidak melakukannya. Di penjara, dia berteman dengan Ellis Boyd "Red" Redding dan dijemput oleh penjaga setelah sipir menggunakan dia dalam operasi pencucian uang. Meskipun penghasilan film tersebut hampir tidak sesuai dengan anggarannya. 


Hasil

Dari analisis yang telah dilakukan dalam jurnal tersebut, terhadap pesan moral dan makna

denotasi, konotasi, dan mitos pada film “The Shawshank Redemption” dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes, dapat menarik beberapa kesimpulan, yaitu  Makna Denotasi dari film The Shawshank Redemption ini adalah memberi pelajaran bagaimana menghadapi situasi yang sulit dengan selalu berusaha gigih menghadapinya dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Selain itu melalui film ini terdapat pelajaran bahwa kegigihan adalah kunci keberhasilan. Makna Konotasi dari film The Shawshank Redemption ini menggambarkan sikap jujur dalam berkata dan bertindak, belajar dengan sungguh-sungguh, bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya, bersikap sabar dalam menghadapi ujian, tidak pernah menyerah.


Jurnal 10

Penulis Jurnal : Rosa Lamria Mardiana Simbolon, Syihabuddin

Judul Jurnal : Analisis Filsafat Stoikisme pada Tokoh Andy Dufresne dalam Film The Shawshank Redemption

Halaman : 9 halaman

Sumber : https://jonedu.org/index.php/joe/article/view/5006


Teori

Stoikisme, sebuah aliran filsafat kuno yang berasal dari Yunani  kuno, telah memberikan kontribusi besar terhadap pemikiran manusia mengenai  kebijaksanaan, kebahagiaan, dan  ketahanan dalam menghadapi tantangan hidup. Filosofi ini menekankan pada  kontrol diri,  penerimaan takdir,  dan pengembangan karakter moral sebagai kunci untuk mencapai kehidupan yang bermakna. 


Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk menggali pemahaman mendalam tentang bagaimana filsafat stoikisme tercermin dalam film  "The Shawshank  Redemption." Data untuk penelitian ini diperoleh dari analisis teks film "The Shawshank  Redemption".  Seluruh dialog, narasi, dan elemen visual film akan menjadi sumber utama data. 


Hasil

Dalam menganalisis film "The Shawshank Redemption" dengan pendekatan filsafat stoikisme, beberapa temuan penting dapat diidentifikasi yaitu 

  • Kontrol Diri, Sejak awal, Andy digambarkan sebagai individu yang tenang dan sabar, meskipun dihadapkan pada keadaan tidak adil dengan dihukum tanpa alasan yang jelas.  Kontrol dirinya yang kuat menjadi  landasan yang memungkinkannya untuk tidak terjebak dalam gelombang kemarahan atau keputusasaan yang melanda para narapidana lainnya.
  • Penerimaan Takdir, Andy Dufresne awalnya dihadapkan pada ketidakadilan yang mengakibatkan hukuman  penjara tanpa alasan yang jelas. Namun, yang membedakan dirinya adalah kemampuannya  untuk menerima takdirnya tanpa terjerumus ke dalam kebencian atau penolakan terhadap kenyataan. Sikapnya yang menerima takdir menjadi poin kunci dalam menjalani kehidupan di penjara, dan ini mencerminkan prinsip stoikisme bahwa manusia harus menerima segala  sesuatu yang terjadi sebagai bagian dari takdir yang tidak dapat diubah.
  • Pengembangan Karakter Moral, Penerapan stoikisme sebagai kunci untuk transformasi pribadi dan pengembangan karakter moral menjadi jelas melalui perjalanan karakter Andy. Dengan tetap setia pada prinsip-prinsip stoikisme,  ia mampu menjaga integritas moralnya dan membentuk lingkungan di sekitarnya yang mencerminkan nilai-nilai positif.

Jurnal 11

Penulis Jurnal : Muhammad Rauf Abdul Fattah

Judul Jurnal : CERMINAN RASA BERSALAH KARAKTER UTAMA LEE CHANDLER DALAM NASKAH FILM MANCHESTER BY THE SEA

Halaman : 9 halaman

Sumber : https://www.unma.ac.id/jurnal/index.php/dl/article/view/3888


Teori

Naskah film adalah cetak biru untuk film atau acara televisi. Naskah film ditulis dengan format yang spesifik untuk membedakan karakter, aksi, dan dialog. Pada jurnal ini, membahas tentang permasalahan rasa bersalah yang dialami oleh tokoh utama yang terdapat pada naskah film Manchester by The Sea. Dalam naskah ini, karakter utama Lee Chandler (Manchester by The Sea) merasa bersalah atas kematian ketiga anaknya yang disebabkan oleh kebakaran yang tak disengaja.


Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan juga dibantu dengan pendekatan psikologi sastra yang berfokus pada struktur kepribadian. Pada penelitian ini, kajian yang dilakukan yaitu mendeskripsikan isi naskah  yang menjelaskan tentang kestabilan struktur kepribadian August Pullman sebagai karakter utama.  


Hasil

Satu jenis rasa bersalah yang diungkapkan oleh Bruce Narramore pada naskahfilm Manchester by The Sea. Jenis rasa bersalah yang tercermin pada Lee Chandler adalah rasa bersalah jenis subjektif. Pada naskah film, ada dua macam subjective guilt yang tercermin pada karakter utama, dapat disimpulkan bahwa, rasa bersalah yang tercermin pada karakter utama disebabkan oleh kesalahan yang tak disengaja, meskipun begitu karakter utama tetap menganggap bahwa dirinyalah yang paling bersalah dan patut diberi hukuman.  Hal ini memberikan perspektif pembaca untuk bisa mendapatkan pesan moral dari naskah film Manchester by The Sea bahwa Berusaha untuk memaafkan dan berdamai dengan diri sendiri itu baik.


Jurnal 12

Penulis Jurnal : Siti Sarah Akbar, Dudi Iskandar

Judul Jurnal : PESAN MORAL DALAM FILM THE SECRET LIFE OF WALTER MITTY

Halaman : 8 halaman

Sumber : https://jom.fikom.budiluhur.ac.id/index.php/Pantarei/article/download/594/476


Teori

Film sebagai media komunikasi massa memiliki peran yang cukup penting yaitu sebagai alat untuk menyalurkan pesan-pesan kepada penonton.  Pesan tersebut dapat membawa  dampak positif maupun negatif, oleh karena itu film adalah media komunikasi yang ampuh, Banyak orang yang bisa menangkap pesan dari suatu film dengan mudah.   


Metode

Metode adalah cara atau teknik yang digunakan untuk riset, metode mengatur langkah-langkah dalam melakukan riset. Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian kualitatif, yaitu merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.


Hasil

Dari jurnal yang mengangkat film “The Secret Life Of  Walter Mitty”,  ini  mampu menggambarkan pesan moral yang dapat dijadikan pembelajaran ataupun contoh kehidupan bagi para penontonnya. Ada sebanyak lima scene berisikan pesan moral yang digambarkan dalam film tersebut yaitu, berani mencoba,  bertanggung jawab, kerja keras, Pantang  menyerah, sabar dan ikhlas.


Jurnal 13

Penulis Jurnal : Dzannura Syahda & Dimas Satrio Wijaksono

Judul Jurnal : PESAN MORAL DALAM DRAMA KOREA IT’S OKAY NOT TO BE OKAY

Halaman : 13 halaman

Sumber : https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/KIBASP/article/view/4522/3223

Teori

Film merupakan bagian dari media massa yang sifatnya kompleks. Film terdiri dari audio

dan visual mempunyai kekuatan untuk memengaruhi emosi penonton melalui gambar visual

yang disajikan. Selain itu, film juga termasuk cerminan realitas dalam kehidupan masyarakat. Film merekam keadaan sesungguhnya dari pertumbuhan serta perkembangan suatu masyarakat yang selanjutnya akan ditampilkan ke layar kaca.


Metode

Jurnal ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode analisis semiotika Charles

Sanders Peirce. Metode ini berfokus pada hubungan trikotomi antara tanda atau simbol di dalam karya sastra. Hubungan trikotomi disebut sebagai segitiga makna, yang terbagi dalam hubungan antara object, representament, dan interpretant.


Hasil

Berdasarkan analisis yang telah diuraikan dalam rangkaian scene dengan menggunakan teknik analisis semiotika Charles Sanders Peirce untuk menganalisis pesan moral dalam drama Korea It’s Okay Not To Be Okay. Adapun pesan moral yang terdapat dalam drama ini antara lain berupa menghadapi trauma masa lalu, mempunyai simpati dan empati, kasih sayang orang tua, tidak berbohong, menerima dan menghargai perbedaan, jangan terjebak di zona nyaman, jangan egois, rendah hati, mengungkapkan emosi dan perasaan, hidup harus tetap berjalan, keterbukaan diri dan stigma negatif mengenai autisme.


Jurnal 14

Penulis Jurnal : Maya Purnama Sari, Ika Rifa Dilla, Meisya Ariandra Fasha, Rizki Rahman Maulana

Judul Jurnal : REPRESENTASI PENCARIAN MAKNA DIRI PADA FILM SOUL

Halaman : 8 halaman

Sumber : https://journal.ubm.ac.id/index.php/semiotika/article/view/3175


Teori

Pada zaman yang serba modern saat ini, musik dan video seakan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Beberapa diantaranya digunakan sebagai video klip, backsound sebuah film, iklan dan lainnya. Film juga dapat membantu menyampaikan sebuah makna social pada

masyarakat luas.


Metode

Dalam Jurnal ini menggunakan sebuah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan menggunakan teknik analisis semiotika dan metode kuantitatif dengan menggunakan survei membagikan kuesioner. 


Hasil

Dengan menggunakan teori semiotika Charles Sanders dapat ditemukan hasil sebuah tanda pada film tersebut, menunjukkan perjuangan seorang pria yang mencari jati dirinya dan berusaha mewujudkan impiannya. Pria itu menunjukkan bahwa sebelum kita mencapai impian kita, kita harus menghadapi rintangan dan kondisi yang menghalangi, kita harus  maksimal dan totalitas. Pada film itu mengisyaratkan bahwa semua pekerjaan yang kita kerjakan harus sesuai dengan minat dan bakat kita agar menghasilkan suatu karya atau pekerjaan yang luar biasa.


Jurnal 15

Penulis Jurnal : MATTHAEUS

Judul Jurnal : PESAN MORAL DALAM FILM A MAN CALLED OTTO ANALISIS TEORI

SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PEIRCE

Halaman : 62 halaman

Sumber : https://repositori.buddhidharma.ac.id/1930/


Teori

Film adalah hasil visualisasi media massal yang digunakan untuk menyajikan realitas sosial. Film merupakan media yang memiliki kemampuan untuk menampilkan kata-kata, suara, gambar, dan gabungan dari semua unsur tersebut. Sebagai bentuk komunikasi modern kedua, film telah menjadi bagian dari dunia kita.


Metode

Jurnal ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, dimana metode penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu metode penelitian yang digunakan dalam penelitian sosial untuk menggambarkan, menganalisis, dan memahami fenomena sosial atau perilaku manusia secara mendalam dan rinci.


Hasil

Dalam jurnal ini telah menganalisis pesan di dalam film ini tentang moral seperti pentingnya saling tolong menolong, menjaga kesehatan mental, arti hidup bertetangga yang baik, keberanian dalam mengambil risiko dalam hubungan sosial, bersyukur dengan apa yang dimiliki, serta pentingnya memaafkan kesalahan orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian pesan moral ini telah tercapai dengan berhasil mengidentifikasi simbol dan tanda yang berhubungan dengan pesan moral dalam film "A Man Called Otto" serta menjelaskan pemaknaan pesan moral tersebut berdasarkan analisis elemen semiotik.


Jurnal 16

Penulis Jurnal : Nofia Natasari

Judul Jurnal : ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES PADA REPRESENTASI SIMBOLIS DALAM FILM KEMBANG API: KAJIAN TERHADAP BAHASA VISUAL DAN MAKNA

Halaman : 6 halaman

Sumber : https://jurnal.pertiwi.ac.id/index.php/stars/article/view/260


Teori

Film, sebagai bentuk seni audio-visual, memanfaatkan kombinasi gambar bergerak, suara,

dan kadang-kadang kata-kata untuk menyampaikan naratif yang dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan penonton. Dalam proses ini, simbol simbol visual memiliki peran yang signifikan.


Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika Roland Barthes.

Pendekatan ini menekankan pada pemahaman tanda dan simbol sebagai konstruksi makna dalam sebuah karya seni visual. 


Hasil

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa film “Kembang Api” menggambarkan naratif yang

mendalam, mengeksplorasi tema pilihan hidup, trauma, dan konsep ketidakmampuan untuk

menghindar dari keadaan awal. Penggunaan kembang api sebagai elemen menambah hal dramatis pada cerita, menciptakan siklus yang tak terputus dan memicu refleksi filosofis terhadap kompleksitas eksistensi manusia. Analisis semiotika ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih mendalam tentang makna simbolik dalam film kembang api, terutama dalam merespon perspektif Roland Barthes terhadap interpretasi tanda-tanda dalam seni visual.


Jurnal 17

Penulis Jurnal : Gilang Ramadhan Haryanto, Dr. Ahmad Zubaidi, M.Si; Rachmad Hidayat, S.Fil., M.A., Ph.D

Judul Jurnal : Kebebasan Christopher McCandless Dalam Film Into The Wild Karya Sean Penn Dalam Perspektif Eksistensialisme Jean-Paul Sartr

Halaman : 9 halaman

Sumber : https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/231466


Teori

Film merupakan sebuah teks yang penuh makna dan multi tafsir. Film tersusun dalam banyak tanda-tanda ikonis yakni gambar-gambar memiliki kesamaan dengan objek  dan  juga  terdapat  indeks-indeks dari gambar yang sarat makna serta simbol-simbol yang  memiliki banyak arti yang perlu ditafsirkan. 


Metode

Jurnal ini menggunakan metode penelitian kualitatif studi pustaka bidang filsafat dan termasuk dalam penelitian kepustakaan. Semua data bersumber dari berbagai literatur kepustakaan, baik buku, jurnal, atau karya ilmiah. Berfokus pada naskah film serta pemikiran tokoh yang berfungsi untuk mendapatkan satu sudut pandang dalam memahami dan melihat permasalahan.


Hasil

Tentang bagaimana kebebasan seseorang dapat hilang disebabkan adanya pembatasan kontrol akan hidup. Pembatasan kontrol dan pembatasan pilihan oleh orang lain menimbulkan krisis yang menyebabkan biasanya bayangan akan apa yang diinginkan seseorang, kacaunya kebebasan, dan hilangnya otonomi diri. Usaha menempatkan diri dalam semua pilihan-pilihan hidup merupakan cara untuk mendapatkan kesadaran individu akan membuat manusia mendapatkan kembali otonomi diri dan memiliki subjektivitas dalam hidupnya dan mencapai lagi kebebasannya.


Jurnal 18

Penulis Jurnal : Eva Triana Sidabutar

Judul Jurnal : MAKNA KERJA KERAS DALAM FILM “LALA LAND”

Halaman : 13 halaman

Sumber : https://www.researchgate.net/publication/335196945_MAKNA_KERJA_KERAS_DALAM_FILM_LALA_LAND


Teori

Film bisa merupakan penyampai pesan dalam produksi film tersebut. Seluruh elemen yang disajikan dalam film bisa mempengaruhi penonton. Dari mulai gaya hidup pemeran film tersebut, cara berfikir, cara berinteraksi dengan lawan mainnya, dan suasana hati yang tercipta dalam sebuah film, bisa membuat penonton ikut terbawa suasana, atau bahkan mempraktekkan hal-hal tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.


Metode

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

penelitian semiotika. Objek yang di analisa dalam penelitian ini berupa setting atau latar,

kostum dan tata rias wajah, pencahayaannya, pemain serta pergerakannya, juga suara atau

audio yang ada dalam film Lala Land. Kemudian jurnal ini menggunakan model analisis dan cara kerja semiotika Christian Metz. 


Hasil

Dalam jurnal pada analisis  film Lala Land, jurnal ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dan sintagmatik Christian Metz sebagai metode untuk menemukan makna dalam film tersebut. Dapat disimpulkan bahwa film Lala Land memiliki makna tersirat. Pesan bekerja keras dan pantang menyerah menjadi hal yang dominan. Sub dominan yang muncul dalam film ini adalah tentang musik dan dunia seni peran. Sub dominan direfleksikan dengan visualisasi beberapa shot kegiatan yang mereka lakukan berhubungan dengan musik dan dunia seni peran dalam setiap adegan dalam analisis film ini.


Jurnal 19

Penulis Jurnal : Achmad Syarifudin

Judul Jurnal : DUALISME REALITAS: FEMINISME BARBIE THE MOVIE (Studi Analisis Semiotika Film Barbie 2023 )

Halaman : 10 halaman

Sumber : https://e-journal.fisipol-undar.ac.id/index.php/panoptikon/article/view/34


Teori

Film merupakan media komunikasi masa dan sebagai produk budaya populer. Film memiliki  beragam genre salah satunya yaitu pada film Barbie yaitu fantasi, romansa, dan komedi. 


Metode

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis kualitatif deskriptif. Penelitian  deskriptif menguraikan data berupa deskriptif yang berupa kata-kata tertulis, serta perilaku  yang dapat diamati. 


Hasil

Secara umum representasi dapat diartikan cara menyampaikan informasi atau ide  melalui  berbagai bentuk komunikasi serta memiliki dampak signifikan terhadap pemahaman dan persepsi terhadap dunia sekitar. Melalui  pengertian dan definisi tersebut dalam Film Barbie memiliki simbol atau makna mengenai isu-isu feminisme di dalamnya Pertama, dualisme realitas itu tampak  pada  perempuan  yang  diidentikkan  dengan  peran  domestik di kehidupan nyata.  Perempuan dapat berada pada posisi setara dengan laki-laki jika mampu mengisi berbagai macam profesi di dunia nyata. Kedua, isu tentang kesetaraan gender yang  ditampilkan pada film ini menarik karena perempuan digambarkan heterogen serta mampu  mengisi berbagai macam profesi. Ketiga, perempuan sebagai agent of change di mana sudut pandang Film Barbie menarik sehingga perempuan dituntut saling mendukung satu sama lain, serta mampu membawa perubahan.


Jurnal 19

Penulis Jurnal :  Abdi Satya Anugerah, Desi Yoanita, & Agusly Irawan Aritonang

Judul Jurnal : Penerimaan Penonton terhadap Konsep Self Acceptance dalam film Imperfect

Halaman : 12 halaman

Sumber : https://publication.petra.ac.id/index.php/ilmu-komunikasi/article/view/11077


Teori

Penerimaan dari masing-masing khalayak sangatlah beragam dalam memaknai pesan yang

disampaikan oleh media. Konsep self-acceptance di film Imperfect menjadi fokus dalam penelitian penerimaan ini.


Metode

penelitian ini berjenis deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode reception analysis untuk mengetahui proposisi informan yang terbagi menjadi tiga yakni Dominant, Negotiated dan Oppositional.


Hasil

Pemaknaan terhadap self-acceptance yang ada dalam film Imperfect di latar belakangi oleh realita yang dekat dengan pengalaman. Melalui pengalaman yang berbeda memunculkan

interpretasi yang berbeda mengenai penerimaan diri seseorang. Melalui penelitian ini dapat memperlihatkan bahwa film dapat memberikan pandangan kepada masyarakat bahwa pesan yang diangkat yakni self-acceptance dapat mempengaruhi diri seseorang. Self Acceptance sendiri berkaitan dengan mental diri seseorang, dengan memiliki self acceptance atau penerimaan diri yang baik maka kesehatan mental dari seseorang dapat terus membaik.


Jurnal 20

Penulis Jurnal :  Leonard Rio DB Rumthe, Zulaikha

Judul Jurnal : Makna Keluarga pada Kelompok Mafia: Analisis Semiotika Dalam Film The

Godfather-I

Halaman : 14 halaman

Sumber : https://ejournal.unitomo.ac.id/index.php/ilkom/article/view/163


Teori 

Keluarga adalah sebuah kelompok kecil masyarakat dimana seorang manusia mulai belajar

bersosialisasi dengan manusia lainnya, dalam keluarga terdapat tingkatan mulai dari kakek nenek, ayah ibu, sampai dengan cucu. Semua manusia di dunia ini memerlukan keluarga dan pasti memiliki keluarga semenjak dia lahir, tak terkecuali mafia Italia. Mafia italia merupakan sebuah organisasi yang berasaskan kekeluargaan dan kepala keluarga dalam mafia juga sama dengan ketua organisasi.


Metode

metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan semiotika menurut John Fiske, dalam jurnal ini menganalisa scene per scene dalam film The Godfather untuk mengetahui bagaimana makna keluarga dalam mafia Italia.


Hasil

Makna keluarga dalam mafia terlihat jelas dalam film The Godfather bahwa ternyata keluarga dalam sebuah keluarga mafia adalah sesuatu hal yang sangat penting. Dalam organisasi mafia selalu mengedepankan urusan keluarga dibanding urusan apapun, jika salah satu anggota keluarganya disakiti oleh pihak lain maka anggota keluarganya yang lainnya pasti akan membalas dendam.

Film The Godfather memperlihatkan makna keluarga pada masa post-war karena film itu bersetting pada saat setelah perang dunia 2, dimana makna keluarga terlihat kurang erat dan bahkan banyak anggota keluarga yang terpisah dikarenakan perang. Tetapi pada masa sekarang dimana masyarakat sekarang adalah masyarakat postmodernisme masyarakat yang telah melampaui modern dalam hal apapun, terlihat bahwa anggota keluarga mereka tetap bersatu dan tetap tinggal dalam satu atap tetapi seolah mereka tidak bersatu secara tingkah laku.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kajian Seni Rupa dan Desain

MAKNA DIBALIK FILM FIGHT CLUB

ANALISIS SEMIOTIKA PADA FILM FIGHT CLUB